Selanjutnya saya akan membahas tentang Motivasi :)
Motivasi adalah sebuah
dorongan yang memiliki sebuah arah untuk mencapai sebuah tujuan.Dimana dorongan
tersebut yang menciptakan sebuah perilaku atau sikap, yang di dalamnya terdapat
acuan atau pedoman untuk mencapainya.Motivasi secara tidak langsung dibutuhkan
untuk setiap individu dalam kehidupan sehari – hari.
Motivasi sangat
penting dalam kehidupan sehari- hari, karena dengan motivasi yang tinggi dapat
mencapai hasil yang maksimal. Dengan motivasi yang kuat, daya dorong
seseorang pun kuat untuk meningkatkan kualitas kerjanya. Motivasi dapat
diciptakan atau ditingkatkan dengan kemampuan manajemen dalam memenuhi
kebutuhan.
Untuk lebih
memperjelas nih pengertian dasar dari motivasi, saya ngejabarin
pendapat-pendapat dari para ahli nih:
Menurut Schuk, et al.,“Motivation is the
process wherebye goal- directed activity is instigated and sustained”.
(Motivasi adalah proses melalui kegiatan pencapaian tujuan yang telah mendorong
dan berkelanjutan).
Menurut Stephen P. Robbins,“Motivation as the
willingness to exert high levels of effort to ward organizational goals, conditional
by effort’s ability to satisfy some induvidual need”. (motivasi sebagai
suatu kerelaan untuk berusaha seoptimal mungkin dalam pencapaian tujuan
organisasi yang dipengaruhi oleh kemampuan usaha untuk memuaskan beberapa
kebutuhan individu).
Menurut George R. Terry,“Motivation is the
desire within an individual that stimulates him or her to action”.
(Motivasi adalah keinginan di dalam seorang individu yang mendorong ia
untuk bertindak).
Dari pendapat-pendapat
para ahli tersebut saya mengambil kesimpulan bahwa motivasi adalah suatu
keinginan yang menjadi daya penggerak yang menjadikan suatu inisiatif dari
dalam diri seseorang atau dari orang lain untuk pencapaian tujuan.
Teori-Teori Motivasi
Stephen robbins
dan judge mengelompokan teori motivasi dalam dua kategori berdasarkan
perkembangannya, diantaranya :
1. Early
theories of motivatin
Yang termasuk dalam
early theories of motivation , antara lain:
a)
Hierarki Teori Kebutuhan (Hierarchical of Needs Theory)
Menurut Abraham Maslow
bahwa pada setiap diri manusia itu terdiri atas lima kebutuhan yaitu Kebutuhan
Fisik terdiri dari kebutuhan akan perumahan, makanan, minuman, dan kesehatan.
Kebutuhan rasa aman dalam dunia kerja, pegawai menginginkan adanya jaminan sosial
tenaga kerja, pensiun, perlengkapan keselamatan kerja, dan kepastian dalam
status kepegawaian. Kebutuhan sosial, kebutuhan ini berkaitan dengan menjadi
bagian dari orang lain, dicintai orang lain, dan mencintai orang lain.
Kebutuhan pengakuan,
kebutuhan yang berkaitan tidak hanya menjadi bagian dari orang lain. Sedangkan
kebutuhan untuk aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk menggunakan kemampuan,
skill, dan potensi.
b)
Teori X dan Y Mc. Gregor
Teori X dan Y, Douglas
McGregor yang dikutip oleh Malayu S.P Hasibuan (2003:160)
mengajukan dua pandangan yang berbeda tentang manusia, negatif dengan
tanda label x dan positif dengan tanda label y.
Teori X (negatif)
merumuskan asumsi-asumsi sebagai berikut:
1) Rata-rata
karyawan malas dan tidak suka bekerja.
2) Umumnya
karyawan tidak berambisi mencapai prestasi yang optimal
dan selalu menghindari tanggung jawabnya dengan cara
mengkambinghitamkan orang lain.
3)
Karyawan lebih suka dibimbing, diperintah, dan diawasi dalam
melaksanakan pekerjaannya.
4) Karyawan
lebih mementingkan diri sendiri dan tidak memperdulikan tujuan
organisasi.
Teori Y (positif)
memiliki asumsi-asumsi sebagai berikut:
1) Rata-rata
karyawan rajin dan menganggap sesungguhnya bekerja, sama
wajarnya dengan bermain-main dan beristirahat. Pekerjaan tidak perlu
dihindari dan dipaksakan, bahkan banyak karyawan tidak betah dan merasa
kesal tidak bekerja.
2) Lazimnya
karyawan dapat memikul tanggung jawab dan berambisi untuk
maju dengan mencapai prestasi kerja yang optimal.
3) Karyawan
selalu berusaha mencapai sasaran organisasi dan
mengambangkan dirinya untuk mencapai sasran itu. Organisasi seharusnya
memungkinkan karyawan mewujudkan potenisnya sendiri dengan memberikan
sumbangan
pada tercapainya sasaran perusahaan.
c)
Teori Herzberg
Menurut Hezberg adalah teori yan ia kembangkan lagi berdasarkan teori
Hiegiene yakni, orang
menginginkan dua macam faktor kebutuhan, yaitu:
(1) Kebutuhan
akan kesehatan atau kebutuhan akan pemeliharaan
(maintenance
factors). Faktor kesehatan merupakan kebutuhan yang
berlangsung terus-menerus, karena kebutuhan ini akan kembali pada titik
nol
setelah
dipenuhi. Faktor-faktor pemeliharaan meliputi balas jasa, kondisi kerja
fisik,
supervisi, macam-macam tunjangan.
(2) Faktor
pemeliharaan yang menyangkut kebutuhan psikologis seseorang.
Kebutuhan ini meliputi serangkaian kondisi intrinsik, kepuasan pekerjaan
yang
apabila terdapat dalam pekerjaan akan menggerakkan tingkat motivasi
yang kuat, yang
dapat menghasilkan prestasi yang baik.
d)
Teori Kebutuhan McClelland’s (McClelland’s Theory of Needs)
McClelland theoryof
needs memfokuskan kepada tiga hal, yaitu:
a. Kebutuhan
dalam mencapai kesuksesan: kemampuan untuk mencapai
hubungan
kepada standar perusahaan yang telah ditentukan juga perjuangan
karyawan
untuk menuju keberhasilan.
b. Kebutuhan
dalam kekuasaan atau otoritas kerja: kebutuhan untuk membuat
orang
berperilaku dalam keadaan yang wajar dan bijaksana didalam tugasnya
masing-masing
c. Kebutuhan
untuk berafiliasi: hasrat untuk bersahabat dan mengenal lebih
dekat
rekan kerja.
2.
Contemporary theories of motivation
Yang termasuk dalam
Contemporary theories of motivation, antara lain:
a)
Self-Determination Theory
Berbagai teori atau
model motivasi yang telah dibahas di muka dapat digolongkan sebagai model
kognitif motivasi karena didasarkan pada kebutuhan seseorang berdasarkan
persepsi orang yang bersangkutan berarti sifatnya sangat subyektif. Perilakunya
pun ditentukan oleh persepsi tersebut.
Padahal dalam
kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak seseorang
ditentukan pula oleh berbagai konsekwensi ekstrernal dari perilaku dan
tindakannya. Artinya, dari berbagai faktor di luar diri seseorang turut
berperan sebagai penentu dan pengubah perilaku. Dalam hal ini berlakulah apaya
yang dikenal dengan “hukum pengaruh”
yang menyatakan bahwa
manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai konsekwensi yang
menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang mengibatkan perilaku yang
mengakibatkan timbulnya konsekwensi yang merugikan. Contoh yang sangat
sederhana ialah seorang juru tik yang mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik
dalam waktu singkat. Juru tik tersebut mendapat pujian dari atasannya. Pujian
tersebut berakibat pada kenaikan gaji yang dipercepat. Karena juru tik tersebut
menyenangi konsekwensi perilakunya itu, ia lalu terdorong bukan hanya bekerja
lebih tekun dan lebih teliti, akan tetapi bahkan berusaha meningkatkan
keterampilannya, misalnya dengan belajar menggunakan komputer sehingga
kemampuannya semakin bertambah, yang pada gilirannya diharapkan mempunyai
konsekwensi positif lagi di kemudian hari.
Contoh sebaliknya
ialah seorang pegawai yang datang terlambat berulangkali mendapat teguran dari
atasannya, mungkin disertai ancaman akan dikenakan sanksi indisipliner. Teguran
dan kemungkinan dikenakan sanksi sebagi konsekwensi negatif perilaku pegawai
tersebut berakibat pada modifikasi perilakunya, yaitu datang tepat pada waktunya di tempat tugas.
Penting untuk diperhatikan bahwa agar cara-cara yang digunakan untuk modifikasi
perilaku tetap memperhitungkan harkat dan martabat manusia yang harus selalu
diakui dan dihormati, cara-cara tersebut ditempuh dengan “gaya” yang manusiawi
pula
b)
Teori Penentuan Tujuan (Goal setting theory)
Teori penentuan tujuan
adalah teori yang mengemukakan bahwa niat untuk mencapai tujuan merupakan
sumber motivasi kerja yang utama.[7] Artinya, tujuan memberitahu seorang
karyawan apa yang harus dilakukan dan berapa banyak usaha yang harus
dikeluarkan.
Edwin Locke
mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme
motivasional yakni :
(a) tujuan-tujuan
mengarahkan perhatian;
(b) tujuan-tujuan
mengatur upaya;
(c) tujuan-tujuan
meningkatkan persistensi; dan
(d) tujuan-tujuan
menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan
Bagan berikut ini
menyajikan tentang model instruktif tentang penetapan tujuan.
c)
Teori evaluasi kognitif (Self-efficacy Theory)
Teori evaluasi
kognitif adalah teori yang menyatakan bahwa pemberian penghargaan-penghargaan
ekstrinsik untuk perilaku yang sebelumnya memuaskan secara intrinsik cenderung
mengurangi tingkat motivasi secara keseluruhan. Teori evaluasi kognitif telah
diteliti secara eksensif dan ada banyak studi yang mendukung
d)
Teori penguatan (Reinforcement Theory)
Teori penguatan adalah
teori di mana perilaku merupakan sebuah fungsi dari konsekuensi-konsekuensinya
jadi teori tersebut mengabaikan keadaan batin individu dan hanya terpusat pada
apa yang terjadi pada seseorang ketika ia melakukan tindakan.
Berbagai teori atau
model motivasi yang telah dibahas di muka dapat digolongkan sebagai model
kognitif motivasi karena didasarkan pada kebutuhan seseorang berdasarkan
persepsi orang yang bersangkutan berarti sifatnya sangat subyektif. Perilakunya
pun ditentukan oleh persepsi tersebut.
Padahal dalam
kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak seseorang
ditentukan pula oleh berbagai konsekwensi ekstrernal dari perilaku dan
tindakannya. Artinya,
dari berbagai
faktor di luar diri seseorang turut berperan sebagai penentu dan pengubah
perilaku. Dalam hal ini berlakulah apaya yang dikenal dengan “hukum pengaruh”
yang menyatakan bahwa manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang
mempunyai konsekwensi yang menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang
mengibatkan perilaku yang mengakibatkan timbulnya konsekwensi yang merugikan.
Contoh yang sangat sederhana ialah seorang juru tik yang mampu menyelesaikan
tugasnya dengan baik dalam waktu singkat. Juru tik tersebut mendapat pujian
dari atasannya. Pujian tersebut berakibat pada kenaikan gaji yang dipercepat.
Karena juru tik tersebut menyenangi konsekwensi perilakunya itu, ia lalu
terdorong bukan hanya bekerja lebih tekun dan lebih teliti, akan tetapi bahkan
berusaha meningkatkan keterampilannya, misalnya dengan belajar menggunakan
komputer sehingga kemampuannya semakin bertambah, yang pada gilirannya diharapkan
mempunyai konsekwensi positif lagi di kemudian hari.
Contoh sebaliknya
ialah seorang pegawai yang datang terlambat berulangkali mendapat teguran dari
atasannya,
mungkin disertai
ancaman akan dikenakan sanksi indisipliner. Teguran dan kemungkinan dikenakan
sanksi sebagi konsekwensi negatif perilaku pegawai tersebut berakibat pada
modifikasi perilakunya, yaitu datang tepat pada waktunya di tempat tugas.
Penting untuk diperhatikan bahwa agar cara-cara yang digunakan untuk modifikasi
perilaku tetap memperhitungkan harkat dan martabat manusia yang harus selalu
diakui dan dihormati, cara-cara tersebut ditempuh dengan “gaya” yang manusiawi
pula
e)
Teori keadilan (Equity theory/organizational jutice)
Teori keadilan adalah
teori bahwa individu membandingkan masukan-masukan dan hasil pekerjaan mereka
dengan masukan-masukan dan hasil pekerjaan orang lain, dan kemudian merespons
untuk menghilangkan ketidakadilan.
Inti teori ini
terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan
antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang
diterima. Artinya, apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan
yang diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu :
· Seorang akan berusaha
memperoleh imbalan yang lebih besar, atau Mengurangi intensitas usaha
yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
· Dalam menumbuhkan
persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan empat hal sebagai
pembanding, yaitu :
· Harapannya tentang
jumlah imbalan yang dianggapnya layak diterima berdasarkan kualifikasi pribadi,
seperti pendidikan, keterampilan, sifat pekerjaan dan pengalamannya;
· Imbalan yang diterima
oleh orang lain dalam organisasi yang kualifikasi dan sifat pekerjaannnya
relatif sama dengan yang bersangkutan sendiri;
· Imbalan yang diterima
oleh pegawai lain di organisasi lain di kawasan yang sama serta melakukan
kegiatan sejenis;
· Peraturan
perundang-undangan yang berlaku mengenai jumlah dan jenis imbalan yang
merupakan hak para pegawai
Pemeliharaan hubungan
dengan pegawai dalam kaitan ini berarti bahwa para pejabat dan petugas di
bagian kepegawaian harus selalu waspada jangan sampai persepsi
ketidakadilan timbul,
apalagi meluas di kalangan para pegawai. Apabila sampai terjadi maka akan
timbul berbagai dampak negatif bagi organisasi, seperti ketidakpuasan, tingkat
kemangkiran yang tinggi, sering terjadinya kecelakaan dalam penyelesaian tugas,
seringnya para pegawai berbuat kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan
masing-masing, pemogokan atau bahkan perpindahan pegawai ke organisasi lain
f)
Teori Harapan (Expectancy Theory Victor H. Vroom)
Victor H. Vroom, dalam
bukunya yang berjudul “Work And Motivation” mengetengahkan suatu teori yang
disebutnya sebagai “ Teori Harapan”. Menurut teori ini, motivasi merupakan
akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang
bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya
itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan
tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya
mendapatkannya.
Dinyatakan dengan cara
yang sangat sederhana, teori harapan berkata bahwa jika seseorang menginginkan
sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang
bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu.
Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis,
motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah.
Di kalangan ilmuwan
dan para praktisi manajemen sumber daya manusia teori harapan ini mempunyai
daya tarik tersendiri karena penekanan tentang pentingnya bagian kepegawaian
membantu para pegawai dalam menentukan hal-hal yang diinginkannya serta
menunjukkan cara-cara yang paling tepat untuk mewujudkan keinginannnya itu.
Penekanan ini dianggap penting karena pengalaman menunjukkan bahwa para pegawai
tidak selalu mengetahui secara pasti apa yang diinginkannya, apalagi cara untuk
memperolehnya.
Newstrom
mengemukakan bahwa sebagai indikator motivasi adalah:
a)
Engagement, merupakan janji pekerja untuk menunjukan tingkat antusiasme,
intensiatif, dan usaha untuk meneuskan.
b)
Commitment, adalah suatu tingkatan dimana pekerja mengikat dengan orgnisasi dan
menunjukan tindakan organizational citizenship.
c)
Satisfaction, kepuasan merupakan ferleksi pemenuhan kontrak psikologis dan
memenuhi harapan di tempat kerja.
d)
Turnover , merupakan kehilangan pekerjaan yang dihargai.
0 komentar:
Posting Komentar